Rabu, 24 November 2010

Budaya di Bali

Budaya yang ada di Bali adalah :
1)Tarian
   Di Bali terutama di daerah Ubud setiap malam para wisatawan dapat menonton pertunjukan tari tradisional Bali.Di beberapa tempat di Ubud diadakan berbagai macam tarian Bali dari berbagai sanggar tari,biasanya tarian yang populer dikalangan para wisatawan antara lain yaitu tari Legong,tari Kecak,tari Barong dan lain-lain.Tari Legong yang menjadi salah satu tarian favorit yang ditonton oleh para wisatawan baik wisatawan Nusantara maupun wisatawan mancanegara merupakan tarian yang dikembangkan di keraton atau istana-istana di Bali.Tari Legong biasanya ditarikan oleh dua orang gadis dan tari Legong sendiri mempunyai banyak ragam atau macamnya.Sedangkan tari Kecak merupakan sebuah tarian yang ditampilkan oleh banyak orang dengan diiringi teriakan atau nyanyian dengan irama merdu dari puluhan laki-laki yang duduk melingkar di arena tari dengan menyuarakan"cak-cak-cak-cak".Tarian ini mengambil tema atau cerita Ramayana sedangkan tari Barong yang menjadi salah satu tarian favorit yang ditonton oleh para wisatawan merupakan sebuah tarian yang menceritakan pertarungan tiada akhir antara Barong sebagai lambang kebaikan dan Rangda sebagai lambang kejahatan.Di samping tarian-tarian tersebut masih banyak lagi tarian yang dapat ditonton di Ubud dan daerah-daerah lain di Bali. 



2.Rumah Adat di Bali
Rumah Bali yang sesuai dengan aturan Asta Kosala Kosali (bagian Weda yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan, layaknya Feng Shui dalam Budaya China)
Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya hubungan yang harmonis antara aspek pawongan, palemahan dan parahyangan. Untuk itu pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang biasa disebut Tri Hita Karana. Pawongan merupakan para penghuni rumah. Palemahan berarti harus ada hubungan yang baik antara penghuni rumah dan lingkungannya.
Pada umumnya bangunan atau arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol-simbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol-simbol ritual yang ditampilkan dalam patung.




3.Alat Musik di Bali

Sekitar 25 jenis alat musik gamelan tradisional Bali seluruhnya mengandung tendensi untuk menunjang dan mengabdikan kehidupan keagamaan umat Hindu. “Dari alat musik sebanyak itu, sepuluh di antaranya berbahan baku bambu, sementara yang lain dari logam,” kata I Kadek Suartaya, SS Kar, dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Sabtu (28/11).
Ia mengatakan, penciptaan dan perkembangan aneka jenis gamelan tradisional Bali itu, terungkap dilakukan nenek moyang melalui proses yang cukup panjang, mulai dari dasar-dasar kesenian pada zaman pra-Hindu hingga masuknya kebudayaan Hindu ke Bali.
Perkembangan seni tabuh dan tari Bali itu erat kaitan dengan berbagai kesusastraan yang menjadi sumber dalam ajaran Hindu. “Hubungan timbal-balik antara jenis kesenian dengan kegiatan ritual Hindu, menjadikan hampir semua jenis kesenian yang ada mengandung seni keagamaan, bukan kesenian untuk seni semata-mata,” katanya.
Suartaya, kandidat doktor pada Program S-3 Kajian Budaya Universitas Udayana itu menambahkan, pengalaman Bali sebagai sebuah wilayah budaya, memiliki potensi dan aset seni yang cukup besar. Gamelan berbahan logam gong kebyar merupakan salah satu gamelan Bali yang berkembang sejak tahun 1915, dan kini dapat dijumpai pada setiap banjar atau desa di Bali.
Meskipun demikian, eksistensi gamelan dari bahan bambu tidak kalah penting dibandingkan dengan gong kebyar, karena perangkat itu juga memiliki instrumen yang nyaris mirip dengan gamelan gong.
“Seruling atau suling bambu, misalnya, masuk dalam hampir setiap barungan atau seperangkat gamelan Bali, sebagai pembawa melodi dan mempermanis lagu,” tutur Kadek Suartaya.
Tarian gambuh yang menjadi dasar dari sebagian besar seni tari di Bali, menempatkan instrumen suling sebagai alat musik terpentingya.
Aneka bentuk gamelan bambu yang hingga kini masih diwarisi dan diteruskan, terungkap berfungsi sebagai gamelan ritual dan adat, serta tetap sebagai ungkapan seni murni dan hiburan.
Gambang misalnya, adalah gamelan yang disajikan saat prosesi upacara agama. Ansembel “xylophone” bambu dimainkan dengan panggul (alat pemukul) bercabang dua, tutur Kadek Suartaya. (Pusformas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar